Sabtu, 17 Juli 2010

be HAPPY

Saturday is a lazy day. Itu kata orang. Hmmm.. aku juga sering sependapat seeh... hehehe..

But not today. I have a great time @ office, even it is saturday.. yang kata orang "hari malas sedunia", but i am happy to have my overtime. Hehehe...

Happy bukan karena kita berada di tempat yang asyik, happy bukan karena kita melakukan hal-hal luar biasa, happy bukan karena kita bersama orang-orang yang menyenangkan..

Happy itu berasal dari hati, sebuah pilihan yang kita ambil, sebuah keadaan yang kita pilih. Segampang itukah? Yup, kalo kita mau memilihnya... Lalu kenapa HAPPY ga bisa kita miliki setiap saat? Hmmm.. jawabannya juga gampang, karena kita nggak memilih untuk HAPPY.

Its sound so simple and easy, right? But, trust me, aku sendiri juga susah kok, ga segampang pilih presiden, tinggal contreng (milih lo, ya.. bukan mikir.. hehehe.. bisa milih tanpa mikir? hmm...). Memilih si HAPPY ini butuh perjuangan, lo.. ngalahin pikiran negatif, membasmi kutu kupret yang disebut "mengasihani diri sendiri", dan membuang jauh-jauh virus "mengeluh".

Sulit? Hmm.. bukan berarti impossible kan? I can do it, so you do..
Hari ini aku udah bertekad, aku mau happy. Just to know, akhir-akhir ini aku ga terlalu bersahabat dengan yang namanya weekend, apalagai malam minggu, duuh.. ngebayangin aja udah ngerii.. nah, lo.. yeaah.. saturday for me just like a big hole, so empty.. and usually have a sad ending. Okay, enough curcol-nya... kan lagi milih si HAPPY, hehehe..

Hari ini I decide to be Happy.
Pilihanku mungkin bikin kamu geleng-geleng kepala, orang sinting mana yang memilih kantor buat bikin moodnya better? Office bersahabat karib sama stress, deadline, kerjaan, beban berat. Hmm... aku ga keberatan kok, disebut sinting, setidaknya aku bisa buktikan kalo happy ga ada kaitannya sama tempat-tempat yang fantastis.

Banyak hal jelek mondar-mandir di kepalaku, mengejek dan membujukku untuk mengeluh, data yang ga lengkap, perut yang laper, proposal yang harus direvisi. Tapi aku lalu berteriak "hush.. ga boleh ngeluh.. itu ga bikin happy" and then I feel much better... Sip, aku bisa ngalahin keinginan buat ngeluh.

Eits, ada yang berbisik di otakku, "eh, ini malem minggu lo.. kasihan banget sih, kencan kok sama komputer" hmm.. nyaris aja aku mengasihani diriku sendiri, iya, ya... how poor i am..
Ups, aku ingat sama tekadku, aku hari ini pengen happy. Lalu dengan tegas aku bilang sama diriku sendiri... hohoho.. kasihan tuh sama orang yang ga bisa menikmati kencan sama komputer, lagian aku ga sendiri, neeh.. ada temen tuh juga lagi asyik dengan file-file di atas meja kerjanya.. And, its work, I feel happy, aku ga perlu mengasihani diri sendiri, dan aku mulai bersyukur..
Ternyata masih banyak hal yang bisa membuatku tersenyum, banyak peristiwa yang bisa aku syukuri, banyak moment yang kalau aku mau nikmati terasa sungguh indah, sedikit demi sedikit aku bisa lengkapi data-data yang sempet nyaris bikin aku jengkel, lalu I have a nice lunch with my friends, remind me that I'm not alone, dan proposal itu... masih bisa kok diperbaiki... dan akhirnya aku bisa bilang, hari ini aku HAPPY...!!!

Banyak hal yang bakal menggodamu buat marah, buat kecewa, buat sedih, buat sakit hati.. banyak hal yang ga ijinin kamu milih happy... but, always remember, hanya kamu yang punya hak atas perasaan hatimu, kamu bisa menolak dan kamu bisa memilih.. Jadi, apa pilihanmu? be happy... just like me.. hihihi....


Minggu, 11 Juli 2010

I'm on.... REST AREA

Baru kusadari, aku memacu hidupku terlalu cepat… Hingga sepertinya aku mulai tersesat.. Kehilangan arah, dan lelah.. Beragam pertanyaan berlomba-lomba menempati ruang otakku, Apa sebenarnya yang aku cari, Kemana sebenarnya arah tujuanku, Sudah sejauh mana aku melangkah.. Lalu gambar-gambar perjalanan ekspress-ku ini muncul seperti slide di layar projector memory pikiranku. Kegagalan, bangkit, kembali berlari, jatuh, kesakitan, kembali bangkit, tertatih dan memaksa berlari lagi, lelah, namun tetap berlari… Meninggalkan beberapa bekas keletihan, sedikit luka, keringat yang mengucur, dan entahlah, bahkan aku tidak lagi mengenali diriku sekarang ini. Jadi, inikah yang kuinginkan? Big NO!

Mungkin bebalku hanya bisa diistirahatkan dengan limit kesehatan, setelah beberapa kali ‘dipaksa’ overlimit, sekarang ini harus menyerah pada fisik yang melemah. Sakit, sebenarnya bukan kutuk, hanya sebuah warning dari Yang Kuasa untuk beristirahat, memberikan waktu dan ruang untuk memeriksa diri dan hidup ini.

Okay, enough about me and ‘curcol’nya.. The point is, seperti judulnya, REST AREA. Nah, lo.. udah kaya di jalan tol aja. Yup, ‘tul..rest area itu yang aku maksud. Jalan tol, atau jalan bebas hambatan selalu dilengkapi dengan rest area di setiap sekian km-nya (sorry, ga ada data akurat, setiap berapa km, blom pernah ngukur, sih… hehehe.. ).

Rest area bukan sekedar tempat beristirahat. Beberapa rest area bahkan tidak memiliki cukup tempat yang nyaman buat istirahat, meskipun di beberapa rest area lainnya bahkan sudah seperti tempat mewah untuk berwisata.

Lihat saja yang dilakukan oleh sopir-sopir truk yang membawa angkutan barang dari satu kota ke kota lain, mungkin dari satu pulau ke pulau yang lain. Perjalanan yang panjang dan melelahkan. Namun mereka tidak hanya istirahat, tidur, saja, tapi juga memeriksa kondisi kendaraan mereka, dari tekanan angin, radiator, bahan bakar, dsb. Rest area bagi mereka adalah tempat berhenti untuk memastikan kesiapan melanjutkan perjalanan berikutnya.

Banyak diantara kita saat ini berada dalam kehidupan serba cepat, yang menuntut kita melaju layaknya jalan tol, bebas hambatan, dan berfokus pada kecepatan. Mengapa rest area hanya tersedia di jalan tol, bukan di jalan biasa? Karena semakin cepat laju kendaraan kita, semakin kita butuh kesiapan yang lebih sempurna. Dan kita butuh rest area.

Pekerja perlu berhenti dari rutinitas kerja, dari fokusnya mengejar target. Bukan sekedar beristirahat, tapi lebih dari itu, untuk memeriksa kembali hasil kerjanya, mengevaluasi, menganalisa, mencari inovasi baru, memperbaiki system kerja untuk hasil yang lebih baik, dsb.

Relationship perlu jeda –artinya tidak menghabiskan setiap detik bersama si dia- untuk melihat bagaimana hubungan itu, sudah sehatkah, adakah yang tidak beres, mengapa dia cuek, mengapa saya mulai posesif, kemana arah hubungan ini berjalan, masihkah pada jalur yang tepat, dsb.

Hidup ini perlu rest area, berhenti sejenak untuk memeriksa diri, apa yang sudah kita capai, kesalahan apa yang sering kita perbuat, apa sebenarnya tujuan kita, adakah langkah efektif untuk mencapai tujuan kita, sudah siapkah kita menghadapi perjalanan hidup selanjutnya, dsb.

Ambillah waktu sejenak untuk berhenti memacu hidupmu, belokkan kemudimu menuju rest area. Luangkan waktu untuk diam, tenang, dan memeriksa perjalananmu. Beberapa menit dalam sehari ga akan mengurangi waktu produktifmu, jusrtu membuatmu lebih focus untuk perjalanan berikutnya. Ingat, setiap jalan tol membutuhkan rest area.