Selasa, 14 Juli 2009

Otakku vs meja billiard

Pas lagi asyik makan (udah nggak heran kalo makan jadi hal yang mengasyikkan... buatku setidaknya), pikiranku memunculkan ide ga wajar (ini juga enggak mengherankan lagi, to?) : membandingkan otakku dengan meja billiard!! Dimana pembandingnya coba.. jangan disanggah sebelum membaca yang berikut ini..

  • meja billiard : hampir semua bola di dalamnya mengalami aktivitas yang sama (dengan cara yang berbeda) yaitu : menggelinding, membentur, menggelinding lagi, membentur lagi.. sampai dia masuk lobang.. (lets say "pemberhentian terakhir" = "finish")
  • otakku : hampir semua hal di dalamnya (siang ini) juga mengalami aktivitas yang sama, kebentur-bentur.. mikirin A buntu, mikirin B blom ada jalan keluar, mikirin C masih ga ada progress, mikirin D ruwet, mikirin E bikin suntuk, mikirin F hfff... ga pengen mikir..!!!

Tuh, kan mirip...
So, aku mencoba menyelesaikan permainan ini dengan menganalogikan otakku dengan meja billiard, hidupku dengan permainan billiard dan masalah-masalahku dengan bola-bola billiard...
Daftar Berbutir
Aku membayangkan menjadi salah satu dari bola-bola billiard itu. Awalnya tersusun rapi tapi karena satu pukulan saja semua menyebar tak teratur dan tak terarah. Ada saat dalam perjalanan hidupku aku nggak lagi bisa mengatur dengan rapi, mungkin karena faktor dari luar, seperti yang sekarang aku hadapi. Tapi aku sadar, tak selamanya hidup ini bisa rapi dan terkendali. Justru pada saat pukulan itu datang, the game have just begin (bener ga ya grammarku.. jadi enggak pede neh), permainan baru akan dimulai (pake bahasa Indonesia aja deh..), mau enggak mau aku harus menyelesaikannya, entah itu dengan kemenangan atau kekalahan atau malah seri, yang jelas aku pengen menikmati permainan ini..

Oke, kita kembali ke... meja billiard..
Bola - bola itu punya 'nasib'nya sendiri, jalannya sendiri.
  • Ada yang harus membentur dengan keras, supaya bisa masuk lubang (bersihkan dulu pikiranmu, wahai kaum cowok, ni lobang billiard bukan lobang 'yang laen'!!). Kadang kita harus mengeluarkan energi lebih banyak, lebih kuat, lebih keras untuk menyelesaikan masalah kita. Kadang kita harus ngotot untuk menunjukkan prinsip kita.
  • Ada bola yang menggelinding dengan tenang, bahkan kecepatannya pun tak boleh lebih cepat dari jalannya semut, supaya tidak membentur bola lain yang akibatnya bisa mengubah arah bola itu dari lobang yang dituju. Ada persoalan yang harus kita selesaikan tanpa berisik, tanpa terlihat mencolok, tapi tetap maju perlahan-lahan, fokus pada sasaran dan hup.. akhirnya tujuan tercapai dan enggak menimbulkan keributan di sekitar kita.
  • Ada bola yang harus membentur beberapa kali, bahkan arah start-nya pun bukan ke arah lobang tujuannya, tapi karena benturan-benturan yang dijalani itulah sang bola akhirnya berbalik arah ke arah yang tepat. Ada kalanya kita dibawa oleh 'Sang Pemegang Kendali atas hidup kita' berputar-putar tanpa tau kemana tujuannya. Lalu apa yang harus kita lakukan? Ya, ngikutin aja..nikmati aja benturan-benturan itu.. di tangan yang tepat, kita akan sampai ke tujuan dengan selamat.
  • Ada bola yang cuma diem aja, mungkin kalo punya hati dia akan menggerutu "kapan aku dimainin..!!" Yah.. aku bukan pemain billiard yang oke, tapi aku tau tidak semua bola harus dimainin. Bola yang posisinya enggak pas ya buat apa digelindingin.. Mending fokus nyari bola lain yang bisa menghasilkan point.
Nah, posisiku sekarang kaya bola yang terakhir tuh.. kayanya aku harus terima dengan "diem aja", enggak perlu menggelinding, enggak perlu berputar arah, enggak perlu membentur lagi.. ya diem aja.. Nunggu Sang Ahli-nya memainkan giliranku. Posisiku lagi enggak tepat. Kalo mau action juga enggak dapet point. So.. nikmati aja posisi diam ini, ngeliat bola2 lain membentur, menggelinding, membentur, menggelinding...

Emang di otakku (bisa dibaca : di meja billiard) lagi asyik2nya dibentur-benturin tuh... crowded banget sama masalah ini itu, and.. blom ada yang masuk lobang (blom ada yang keliatan penyelesaiannya).. hfff.. rasanya cuapeeekkkk banget..
So, aku memilih menjadi bola yang diam.. yang percaya saatnya nanti akan ada penyelesaian yang tepat.