Selasa, 24 November 2009

terima kasih

Terima kasih atas kelelahan, karena berarti ada sesuatu untuk kukerjakan
Terima kasih atas kesibukan, karena berarti aku masih produktif
Terima kasih atas kamar yang berantakan, karena berarti aku masih punya tempat tinggal
Terima kasih atas perasaan tidak enak, karena berarti aku tidak mati rasa
Terima kasih atas perasaan takut kehilangan, karena membuatku berusaha menjadi yang terbaik
Terima kasih atas kekuatiran, karena membuatku lebih waspada
Terima kasih atas pekerjaan yang menumpuk, karena berarti aku masih dipercaya
Terima kasih atas udara yang panas, karena aku tidak kedinginan
Terima kasih atas ..., karena ...

Isilah titik-titik di atas dengan jujur dan ikhlas, maka kamu bakalan punya banyak hal untuk disyukuri.

Mengucap syukur adalah pilihan, bukan reaksi atas keadaan positif. Pada kondisi terburuk pun orang selalu bisa memilih untuk bersyukur atau mengeluh. Pada kondisi terbaik pun orang bisa memilih untuk bersyukur atau merasa tidak puas. Jadi apa yang kamu pilih hari ini?

Ketik bersyukur(spasi)pilihanku, dan kirim lewat doa kepada Penciptamu.

*wah udah lama ga posting, tau-tau muncul dengan kebijakan yang entah ketemu di mana. Hehehehe.. gapapa lah, asal tulisanku berguna buat yang ngebaca. Ini masih tetep Ike kok, cuma lagi bertobat aja.. Hehehe
Aku juga mau ngisi titik-titik di atas ah.. Terima kasih atas teknologi, karena dengan itu aku boleh berbagi.

Kamis, 20 Agustus 2009

Rumput tetangga lebih hijau, dan rumputku lebih keren.

Rumput tetangga lebih hijau, dan rumputku lebih keren.

Pepatah baru? Bukan. Peribahasa yang baru ditemukan? Juga bukan. Puisinya pujangga? Bukan. Salah tulis? Apalagi, bukan. Yah, cuma sekedar penghiburan atau lebih tepatnya perangsang pe-de. Siapa bilang rumput yang hijau itu yang terbaik? Rumput yang unik, yang nggak sama dengan rumput-rumput lain, yang menarik perhatian, itu yang keren, dan rumput itu nggak harus menjadi rumput yang hijau. Bisa aja dia menjadi rumput yang kuning, tapi rapi, atau rumput yang mulai kering, tapi justru menjadi hiasan yang sangat klasik dan eksotik.

Tapi, kalian tau donk, kalo sebenarnya aku nggak lagi pengen ngomongin soal rumput. Aku bukan pakarnya sama sekali. Hah.. ngebersihin halaman aja males. Hihihihi…

Aku ngeliat cewek dengan pakaian yang sangat modis (sambil memperhitungkan kira-kira berapa bulan gaji untuk bisa membeli pakaian seperti itu), ada juga perempuan dengan tubuh & wajah seperti magnet yang bikin orang yang ngelirik ga mau nglepasin pandangan, ada juga wanita dengan karir yang gemilang, berpenghasilan jutaan.

Hmmm.. rasanya pengen aku menjadi wanita-wanita seperti yang kulihat. Masih normal kan? Cowok juga suka kepengen pas ngeliat temen kalian dengan aksesoris gadget yang super mahal, suka ngiler ngelirik mereka punya gandengan yang “cling”, suka ngimpiin ada di belakang setir mobil mewah.

Bukan hal yang aneh lagi kalau manusia punya rasa iri, atau sekedar kepengen ngeliat manusia lain memiliki yang “lebih” dibanding dirinya. Sepertinya “rumput tetangga lebih hijau” sudah identik dan bahkan dipahami sebagai bagian dari kehidupan manusia. Ya wajar aja toh kalo orang memandang orang lain lebih beruntung, lebih sukses, dan lebih bahagia, wong namanya juga manusia, nggak pernah puas.

Akh, kalau menurutku itu sih cuma berlaku bagi manusia yang mau menyandang gelar manusia biasa, aku sih ogaaah… Tawaran yang lebih menarik, lebih menggiurkan buatku, yaitu menjadi manusia luar biasa, hehehe.. maksudnya emang bener seperti pikiranmu, manusia yang nggak normal, nggak masalah kok mikir gitu.

Coba deh kita renungin, luar biasa dan nggak normal itu kan beda tipis. Intinya, mereka yang berani disebut nggak normal adalah mereka yang beda dengan yang lainnya, yang unik, yang pasti akan dikenang.

Kembali ke rumput tetangga tadi, mmmm… sebaiknya kita mulai lebih focus ke rumput kita sendiri aja deh. Daripada melototin rumput tetangga yang pasti bakalan selalu lebih hijau, mending kita mulai mikirin apa yang bisa kita perbuat dengan rumput kita yang udah mulai kuning, yang di beberapa bagian mulai kering.

Maksudnya gini, kita nggak bakal bisa menjadi lebih baik kalau hanya memikirkan kelebihan orang lain. Kalau tiap orang diciptakan unik, jadi mulailah bertanya apa keunikanmu. Mungkin bukan hal yang indah menurut pandangan orang tapi keunikanmu punya potensi untuk menjadi kelebihanmu. Coba kita balajar dari (alm.) Mbah Surip, guru vocal manapun tak mungkin meluluskan murid dengan suara seperti dia, tapi keunikannya yang membuat dia lebih mudah dikenali, istilah dagangnya “menjual”, ada nilai lebih yang membuat orang selalu mengingatnya, yaitu keunikan yang tidak dimiliki orang lain.

Nilai lebih, apa pun itu, mau dari segi fisik atau pemikiran, yang jarang dimiliki orang pada umumnya jika ditonjolkan dengan pas akan menjadi kelebihan kita, bahkan sangat mungkin orang lain yang bakalan iri ngeliat kita.

So, ngapain masih bengong mengagumi hijaunya rumput tetanggamu? Temukan keunikanmu, apa yang bisa kamu perbuat dengan dirimu, dengan rumput keringmu, dan jadilah keren dengan itu.

Kamis, 13 Agustus 2009

The Power of Silent

Kekuatan sesungguhnya bukan pada otot, bukan pula pada otak. Aku memahaminya pagi ini. Saat semua terlelap, hening.. sunyi.. dan aku diam…

Bukan karena tak ada yang dipikirkan. Bukan juga karena terbangun dengan pikiran yang kosong. Justru sebaliknya, terlalu banyak yang ada di otakku dan aku hanya membutuhkan : DIAM..

Mungkin tak seratus persen diam, karena aku membutuhkan bantuan keyboard komputerku sebagai sasaran jari-jariku mengurai pikiranku. Diam membuatku mencerna isi otak dan hatiku. Diam membuatku melihat lebih jernih. Diam dan membiarkan semua mengalir. Diam dan menikmati kediaman itu.

Selama ini kita berpikir, merasakan dan melakukan hal-hal dengan segala keruwetannya. Pengen masalah cepet selesai. Pengen emosi terlampiaskan. Pengen sesak di hati ada yang mendengarkan. Pengen beban pikiran terangkat. Tapi terlalu sibuk memikirkan semua cara. Terlalu repot mencari pelampiasan. Terlalu penuh dengan strategi menemukan jalan keluar.

Padahal mungkin kita hanya butuh DIAM.

DIAM itu tak mudah, tak sama dengan tak bersuara, tak identik dengan tak bergerak.

Diam berarti melepaskan perasaan, membebaskan pikiran. Tak perlu malu untuk menangis. Tak perlu ragu untuk terisak.

Diam berarti membisukan sementara semua logika.

Diam berarti mendengar hatimu.

Diam berarti menelusuri jalan pikiranmu dengan jujur, tak perlu membantahnya dengan argumen-argumen.

Diam berarti menutup mata untuk pandangan orang lain sampai kamu hanya bisa melihat nuranimu.

Diam berarti tak menghiraukan pendapat orang lain selain suara hatimu.

Diam berarti mengenali dirimu seutuhnya, mengerti setiap detil maumu, memahami setiap jengkal pikiranmu, dan merasakan setiap warna perasaanmu.

Diamlah, dan jangan berhenti berdiam sampai kamu akhirnya juga menemukan kekuatan dalam dirimu. Kekuatan terbesar yang bisa kamu harapkan selain dari Yang Maha Kuasa adalah kekuatan dari dalam dirimu. Diam membantumu menemukan kekuatan itu.

Selamat berDIAM…

Selasa, 14 Juli 2009

Otakku vs meja billiard

Pas lagi asyik makan (udah nggak heran kalo makan jadi hal yang mengasyikkan... buatku setidaknya), pikiranku memunculkan ide ga wajar (ini juga enggak mengherankan lagi, to?) : membandingkan otakku dengan meja billiard!! Dimana pembandingnya coba.. jangan disanggah sebelum membaca yang berikut ini..

  • meja billiard : hampir semua bola di dalamnya mengalami aktivitas yang sama (dengan cara yang berbeda) yaitu : menggelinding, membentur, menggelinding lagi, membentur lagi.. sampai dia masuk lobang.. (lets say "pemberhentian terakhir" = "finish")
  • otakku : hampir semua hal di dalamnya (siang ini) juga mengalami aktivitas yang sama, kebentur-bentur.. mikirin A buntu, mikirin B blom ada jalan keluar, mikirin C masih ga ada progress, mikirin D ruwet, mikirin E bikin suntuk, mikirin F hfff... ga pengen mikir..!!!

Tuh, kan mirip...
So, aku mencoba menyelesaikan permainan ini dengan menganalogikan otakku dengan meja billiard, hidupku dengan permainan billiard dan masalah-masalahku dengan bola-bola billiard...
Daftar Berbutir
Aku membayangkan menjadi salah satu dari bola-bola billiard itu. Awalnya tersusun rapi tapi karena satu pukulan saja semua menyebar tak teratur dan tak terarah. Ada saat dalam perjalanan hidupku aku nggak lagi bisa mengatur dengan rapi, mungkin karena faktor dari luar, seperti yang sekarang aku hadapi. Tapi aku sadar, tak selamanya hidup ini bisa rapi dan terkendali. Justru pada saat pukulan itu datang, the game have just begin (bener ga ya grammarku.. jadi enggak pede neh), permainan baru akan dimulai (pake bahasa Indonesia aja deh..), mau enggak mau aku harus menyelesaikannya, entah itu dengan kemenangan atau kekalahan atau malah seri, yang jelas aku pengen menikmati permainan ini..

Oke, kita kembali ke... meja billiard..
Bola - bola itu punya 'nasib'nya sendiri, jalannya sendiri.
  • Ada yang harus membentur dengan keras, supaya bisa masuk lubang (bersihkan dulu pikiranmu, wahai kaum cowok, ni lobang billiard bukan lobang 'yang laen'!!). Kadang kita harus mengeluarkan energi lebih banyak, lebih kuat, lebih keras untuk menyelesaikan masalah kita. Kadang kita harus ngotot untuk menunjukkan prinsip kita.
  • Ada bola yang menggelinding dengan tenang, bahkan kecepatannya pun tak boleh lebih cepat dari jalannya semut, supaya tidak membentur bola lain yang akibatnya bisa mengubah arah bola itu dari lobang yang dituju. Ada persoalan yang harus kita selesaikan tanpa berisik, tanpa terlihat mencolok, tapi tetap maju perlahan-lahan, fokus pada sasaran dan hup.. akhirnya tujuan tercapai dan enggak menimbulkan keributan di sekitar kita.
  • Ada bola yang harus membentur beberapa kali, bahkan arah start-nya pun bukan ke arah lobang tujuannya, tapi karena benturan-benturan yang dijalani itulah sang bola akhirnya berbalik arah ke arah yang tepat. Ada kalanya kita dibawa oleh 'Sang Pemegang Kendali atas hidup kita' berputar-putar tanpa tau kemana tujuannya. Lalu apa yang harus kita lakukan? Ya, ngikutin aja..nikmati aja benturan-benturan itu.. di tangan yang tepat, kita akan sampai ke tujuan dengan selamat.
  • Ada bola yang cuma diem aja, mungkin kalo punya hati dia akan menggerutu "kapan aku dimainin..!!" Yah.. aku bukan pemain billiard yang oke, tapi aku tau tidak semua bola harus dimainin. Bola yang posisinya enggak pas ya buat apa digelindingin.. Mending fokus nyari bola lain yang bisa menghasilkan point.
Nah, posisiku sekarang kaya bola yang terakhir tuh.. kayanya aku harus terima dengan "diem aja", enggak perlu menggelinding, enggak perlu berputar arah, enggak perlu membentur lagi.. ya diem aja.. Nunggu Sang Ahli-nya memainkan giliranku. Posisiku lagi enggak tepat. Kalo mau action juga enggak dapet point. So.. nikmati aja posisi diam ini, ngeliat bola2 lain membentur, menggelinding, membentur, menggelinding...

Emang di otakku (bisa dibaca : di meja billiard) lagi asyik2nya dibentur-benturin tuh... crowded banget sama masalah ini itu, and.. blom ada yang masuk lobang (blom ada yang keliatan penyelesaiannya).. hfff.. rasanya cuapeeekkkk banget..
So, aku memilih menjadi bola yang diam.. yang percaya saatnya nanti akan ada penyelesaian yang tepat.

Jumat, 19 Juni 2009

Edisi Perdana (dimulai dengan memulai)

Hwaaaa... baru nyadar punya blog.. (ga mungkin banget yah? blog ini kan aku buat dengan kesadaran penuh, mbludak-mbludak malah)
Lebih tepatnya baru nyadar kalo blog ini udah dianggurin hampir 2 bulan tanpa tersentuh. Ngebayangin kalo blog ini rumah, pasti udah banyak sarang spider (ngarep banget salah satunya Spiderman), debu di tiap dimensi udara yang kita hirup, blom lagi kalo ada tikusnya.. hyaaa.. kayanya yang satu ini sedikit mengkhayal aja deh, mana mungkin tikus ngendon di rumah yang tak tersentuh, yang berarti ga ada juga makanan di sana.. (jadi mikir kenapa tikus tuh makhluk yang rakus, ya.. semua makanan dan benda yang tak layak disebut makanan juga di-embat?)
Kembali ke rumah tak terurus tadi. Malu juga neh, posting perdana setelah 2 bulan dilahirkan. Nggak produktif banget yah? Bukan masa subur sih.. hehehe.. ngomongin apaan neh..
Saatnya bersih-bersih, palagi ni tempat nongkrong, siapa coba yang betah nongkrong ditemeni hantu? (biasanya rumah tak berpenghuni kan banyak hantunya).
Let's start from... hmmm.. pemburu hantu? mungkin? Yah, emang harus dimulai dari yang tak kasat mata, karna itu kayanya justru sumber penyakit sesungguhnya. Yang nggak keliatan tuh lebih berbahaya & mematikan.. halah.. Tapi bener lo.. apa coba yang bikin aku nggak ada posting sama sekali? Penyakit M toh? Males, Motivasi kurang, Membagi waktu susah, MMMMM.. sebenernya banyak seh... dan kebanyakan dari diri sendiri dan "tak kasat mata".
Harus berperang melawan itu semua? Hmmm.. musti siapin strategi neh. Setidaknya aku udah "mulai" dengan posting ini. Ga terlalu banyak isi. Tapi "mulai" saja sudah langkah besar untuk bisa melanjutkan dengan another action. Ga ada langkah kedua kalo ga dimulai dengan langkah pertama, right?
Ini langkah pertamaku, "memulai", agak-agak goyah karena kurang pe-de, ya harap maklum... Mencoba membayangkan langkah-langkah berikutnya... dengan senyum karena langkah pertama sudah dijalani... yup! Waiting for the next posting.. sambil krosing (ups buat yang tau artinya, maap-maap aja, biasa neh.. efek minum kopi my digest terangsang.. WHAT??)